Sabtu, 26 Desember 2009

WIN..30 LOVE COLD t-shirts


Caranya gampang..
Segera upload struk pembelian LOVE COLD di semua toko buku Gramedia ke group LOVE COLD yang ada di Facebook..
Dan dapatkan 30 unisex t-shirt keren ini..
Materials: white cotton combed 20's
Worth for: 90ribu @factory outlet kenamaan..

Jangan sampai ketinggalan yaa..
Warm Regards,
-verauli-

Senin, 21 Desember 2009

Sekilas LOVE COLD

Dalam buku ini dikatakan LOVE COLD mendatangkan perasaan-perasaan negatif. Mudah marah, lelah, kecewa, frustrasi dan kerap tegang, bahkan menghapus impian tentang cinta yang bertahan, an everlasting love.

LOVE COLD butuh segera diatasi. Tak sesulit yang dibayangkan karena setiap orang sudah membawa kualitas mencinta sejak lahir, tinggal bagaimana mengeskpresikan kemampuan tersebut dengan tepat. Dalam buku ini tindakan mencinta dirangkum dalam sejumlah pil cinta yang manjur. Dalam LOVE COLD Kita akan segera memahami:

- Ekstasi cinta
- Episode LOVE COLD
- Love Hurt
Trauma Cinta Masa Lalu, Kemarahan yang Teredam, Dendam yang Tak Kunjung Padam, Cinta Bersyarat, Prasangka Bikin Lelah, dan masih banyak lagi)
- Love Pills (5 Pil Cinta)
Ada pil Kompromi, pil 100%, pil humor, dan pil-pil lainnya
- Love Checking
Untuk mengukur kesehatan cinta bersama pasangan
- Love Fool
Ketika pil-pil cinta tak kunjung efektif, pahami pasangan seperti apa yang kita miliki. Tepatkah ia dijadikan partner hidup? Baca tentang Pasangan artifisial dan sejumlah tipe pasangan berbahaya lainnya dalam "Dangerous Partner." Hingga terkadang "i'm sorry goodbye" tepat dijadikan pilihan. Tapi kapan? Segera dapatkan bukunya.

Akan segera EDAR di seluruh toko buku Gramedia dan toko buku besar lainnya, mulai KAMIS 24 DESEMBER 2009.
Join LOVE COLD group di Facebook. Temukan cara memenangkan 30 T-SHIRT keren termasuk mengikuti info ttg aktivitas sosial dari member group ini.

Demikian, Salam Hangat
Penulis

Senin, 07 Desember 2009

SEGERA TERBIT

24 Desember 2009
Di toko buku kesayangan Anda..



Seiring dengan penutupan tahun akan segera edar, buku psikologi populer tentang tips menghangatkan kembali kehidupan cinta yang terlanjur dingin dan beku. Saatnya melakukan perenungan dan koreksi atas kehidupan cinta yang tak membahagiakan. Tak hanya tepat bagi mereka yang berpasangan namun juga bagi mereka yang masih sendiri dan pernah mengalami kisah cinta yang tak menyenangkan. Berikan buku Love Cold sebagai hadiah bagi diri sendiri maupun bagi teman atau kerabat dekat. Cerahkan kembali cahaya natal dan tahun baru dalam kehidupan cinta yang lebih baik.

Kamis, 15 Oktober 2009

Siap Menikah?


Ticktockticktockticktock..
Begitu detak jarum on the clock. Clock bukan sembarang clock. Clock yang satu ini berkaitan dengan kehidupan bersama orang lain, namanya social-clock. Berdasarkan social-clock, di Indonesia tepatnya dan di Jakarta serta di sejumlah kota besar lain khususnya, usia menikah yang berlaku umum adalah dua puluh-an. Persis seperti yang dicetuskan oleh salah seorang tokoh di bidang Psikologi, Erik Erikson.
Di usia tersebut, setiap orang bersiap mencari partner hidup. Social-clock menjadi penting. Karena patokan menikah diukur dari kebanyakan orang. Kebanyakan orang menikah di usia dua puluhan. Sehingga ketika Anda berusia tiga puluhan dan belum menikah, Anda merasa ticktockticktock.. Padahal yang paling penting sebelum memutuskan menikah adalah ke-siap-an Anda secara pribadi.
Mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa menikah penting? Tahukah Anda, penelitian tentang kebahagiaan, khususnya dalam area Psikologi Positif, menemukan bahwa pilar kebahagiaan yang paling utama adalah kehidupan sosial bersama teman dan berada dalam cinta. Cinta yang dimaksud di sini tentu saja cinta yang hangat dan menetap. Tidak heran bila banyak penelitian (seperti yang dituliskan dalam buku Philip Rice: Intimate Relationships, Marriages, and Families) yang mengatakan, bahwa pada usia dewasa, mereka yang menikah merasa lebih bahagia dan sejahtera dibandingkan mereka yang tidak menikah. Surprising fact, right?
Mengingat pentingnya arti pernikahan, selain alasan ibadah, dalam kehidupan manusia yang memang ditakdirkan sebagai makhluk sosial, saatnya Anda mulai memikirkan nasib hubungan cinta Anda bersama pasangan. Akan segera berakhir di pernikahan atau tidak. Masalahnya, siap kah Anda untuk menikah?
Untuk menilai kesiapan Anda, pastikan Anda sudah mempertimbangan beberapa hal di bawah ini;

- siap berkomitmen
pastikan bahwa Anda siap menjalin komitmen berdua dengan pasangan. Dalam pengertian siap menjalani hubungan yang eksklusif. Tidak melibatkan pihak ketiga baik secara emosional maupun seksual.
- kesediaan memiliki tanggung jawab
pastikan bahwa saat menikah kelak Anda siap bertanggung jawab. Siap memerhatikan kesejahteraan pasangan, siap menjadi orang tua, bahkan siap menjadi tulang punggung keluarga, yang akan bekerja dan mengurus rumah tangga.
- siap untuk tidak bergantung pada orang tua
pastikan bahwa Anda bukanlah orang yang bergantung secara emosional pada orang tua. Saat menikah kelak, pemenuhan kebutuhan emosional akan ditujukan kepada pasangan. Sehingga loyalitas pun ditujukan kepada pasangan. Demikian pula kehidupan finansial. Pastikan Anda mampu membiayai kehidupan Anda sendiri. Masalah finansial menjadi penting karena turut menentukan pengaruh dan power yang ada dalam hubungan. Pastikan power tidak lagi terletak pada orang tua. Melainkan pada Anda dan pasangan, sebagai penentu jalannya kehidupan berumah tangga.
- memiliki alasan positif untuk menikah
sejumlah orang menikah hanya karena ingin ”lari” dari situasi yang dianggap sulit, seperti keluarga yang sedang susah secara finansial, orang tua yang sangat keras, pelarian dan aksi balas dendam terhadap pacar lama, bahkan karena alasan hamil sebelum menikah. Pernikahan bukan jawaban atas masalah-masalah pribadi yang muncul. Pernikahan jusru sebuah komitmen baru untuk dapat hidup bersama dengan orang lain yang akan menjadi partner seumur hidup. Dengan tujuan membangun visi dan misi bersama dalam cinta. Misal, ingin punya teman di masa tua, ingin membesarkan anak dan cucu bersama, ingin mengembangkan diri bersama sambil menjalankan ibadah, dan masih banyak lagi. Pastikan Anda menikah bukan karena alasan yang tak ada kaitannya dengan Anda dan pasangan.

Sekarang, Anda sudah merasa siap menikah?
Bila Anda masih ragu, dengan alasan, is he/she the one? Pastikan Anda membaca artikel minggu depan. Tentang PASANGAN YANG TEPAT DAN TIDAK UNTUK DIJADIKAN PARTNER HIDUP..

Rabu, 07 Oktober 2009

Love-Checking


Sudah beratkah LOVE-COLD yang Anda alami bersama pasangan?
Atau, Anda merasa hubungan selama ini berjalan "baik-baik" saja?



Ukur KESEHATAN CINTA bersama pasangan dengan menggunakan LOVE-CHECKING di bawah ini..

Petunjuk Pengisian
Isilah pernyataan di bawah ini dengan jawaban ya atau tidak
01. Saya mengagumi pasangan saya
02. Saat dilanda masalah kami membicarakannya
03. Dia mengenalkan saya dengan teman-teman dan lingkungannya
04. Sudah lama pasangan tak memuji saya
05. Belakangan saya tak merasa mengenal pasangan saya lagi
06. Kami dapat tertawa bersama ketika sedang berdua
07. Kami jarang memiliki waktu untuk berdua
08. Saat bersama kami jadi bertengkar
09. Dia ragu dan tak mampu menjawab pernyataan "i love you.."
10. Dia senang mengkritik penampilan saya
11. Pasangan lebih senang menghabiskan waktu untuk hobi atau temannya
12. Saat bertengkar ia turut mengusahakan agar kami berbaikan kembali
13. Tindakannya menunjukkan ia menyintai saya
14. Kami terbiasa saling menyentuh, saat berbicara atau berdekatan
15. Pasangan menikmati hubungan intim yang kami lakukan
16. Saya nyaman bersamanya
17. Pasangan sukar untuk saya andalkan
18. Saya tak merasa didengar olehnya
19. Pasangan sukar dipercaya
20. Dia menunjukkan ada di pihak saya saat saya berkonflik dengan orang lain

Petunjuk Memberi Skor
Jumlahkan skor Anda. Caranya:

Beri nilai 1 untuk
jawaban ya pada nomor 1, 2, 3, 6, 12, 13, 14, 15, 16, 20
jawaban tidak pada nomor 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 18, 19

Beri nilai 0 untuk
jawaban ya pada nomor 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 18, 19
jawaban tidak pada nomor 1, 2, 3, 6, 12, 13, 14, 15, 16, 20
Skor tertinggi adalah 20. Skor terendah adalah 0.

Skor dan maknanya
16 - 20 Very Healthy love
Congratulations. Hubungan Anda dengannya sehat dan hangat. Penuh cinta. Bergairah. Pertahankan kehangatan dengan pil-pil cinta seperti yang biasa anda lakukan

13 – 15 Still in Love
Anda dengannya masih saling cinta. Anda saling terbuka dan hubungan terasa hangat.Optimalkan pil-pil cinta anda. Tak ada salahnya mengoptimalkan hubungan to the max.

9 – 12 Love pills needed
Hubungan Anda dengannya berjalan baik-baik saja. Namun mulai terasa begitu-begitu saja. Perhatikan, apakah hubungan anda dengannya masih terasa hangat. Praktekkan pil-pil cinta untuk memberi lebih banyak sparks dan kehangatan dalam hubungan anda dan pasangan. Tak ada salahnya mengoptimalkan hubungan to the max.

6 – 8 Danger Alert
Waspada. Cinta anda dengannya sudah menunjukkan ada masalah yang tak terselesaikan. Sehingga hubungan anda diwarnai konflik. Bahkan komunikasi terancam terputus. Kondisi tersebut menghilangkan kehangatan dari kehidupan cinta anda. Segera terapkan pil-pil cinta dan pahami gaya menyinta anda berdua. Bila memungkinkan, berkonsultasi lah dengan psikolog Anda.

0 - 5 Love In Emergency
Anda patut bertanya-tanya apakah hubungan dengannya masih dilandasi cinta. Hubungan banyak diwarnai konflik dan tak ada komunikasi didalamnya. Bahkan anda berdua mulai tak saling mengenal satu sama lain. Segera temui psikolog anda. Sebelum anda memutuskan untuk berpisah.

Bagaimana kesehatan cinta Ada? Sudah teruji?
Apakah cinta Anda masuk dalam kategori teratas dari cinta yang sehat atau sebaliknya masuk dalam kategori emergency?
Apapun kondisinya, pastikan untuk selalu mengoptimalkan kehangatan cinta Anda dengan menggunakan sejumlah pil cinta. Temukan pil-pil cinta paling manjur dalam buku LOVE-COLD..yang akan segera terbit dan edar..

ps: bila ada pertanyaan atau tanggapan, tinggalkan komentar anda dalam box komentar atau hubungi saya via email verauli@yahoo.com
bila dirasa perlu temui psikolog Anda tanpa harus menunggu danger-alert atau situasi yang sudah gawat darurat..

Salam Hangat
Penulis

Sabtu, 26 September 2009

Episode Love-Cold

Cuplikan dari bab 1

Melalui konseling singkat, segera diketahui apa yang membuat toleransi mereka begitu rendah saat menghadapi anaknya. Mereka berdua terlalu lelah. Saat saya tanyakan, sanggupkah mereka melakukan tips-tips yang saya tunjukkan di depan mereka sebelumnya, mereka berdua menghela nafas panjang dan menggeleng-geleng. Semua terasa berat. Saya tanyakan lelahkah mereka setiap pulang ke rumah. Keduanya mengangguk meng-iya-kan.

Kepada orang tua ini, saya katakan, bahwa kondisi lelah akibat tuntutan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari yang sudah berat tak hanya dialami oleh mereka berdua. Tapi juga orang tua lainnya. Namun mengapa ada orang tua yang tetap mampu berespon hangat pada anak-anaknya namun ada pula yang gagal.

Begitu seringnya saya menghadapi orang tua seperti mereka berdua. Sehingga segera saya ketahui apa lagi yang saya butuh ketahui dari mereka. Yakni, tentang bagaimana kehidupan rumah tangga mereka berjalan selama ini, hari demi hari. Ketika digali, pada mulanya kedua orang tua ini tak merasa bahwa hubungan mereka bermasalah. Bagi mereka semua berjalan baik-baik saja.

Sehingga saya mulai mengevaluasi kegiatan mereka sehari-hari. Benar saja. Saat mereka menceritakan detail apa yang terjadi dari waktu ke waktu di setiap aktivitas mereka dalam satu hari selama satu minggu, ketahuan. Waktu yang mereka punya sehari-hari habis dipusatkan pada kegiatan mencari nafkah dan membesarkan anak. Mereka menjadi abai bahwa ada sumber energi yang mampu mendatangkan energi positif besar di dalam rumah. Yakni hubungan cinta yang hangat di antara sepasang suami istri.

Tiba-tiba saja mereka sadar, bahwa mereka memang setiap hari pulang ke rumah di saat jam tujuh atau jam delapan di malam hari. Sempat untuk makan malam bersama bahkan untuk tidur di ranjang yang sama. Namun pusat kehidupan masing-masing mereka hanyalah terletak pada anak-anak dan istirahat. Untuk besok bisa kembali bangun di pagi hari dan bekerja.

Tak ada celah waktu yang mereka siapkan untuk diri mereka sendiri. Sebagai sepasang orang yang saling cinta. Sepasang kekasih. Tak heran, di kala anak tertua mereka berusia lima tahun, mereka sudah merasa hubungan mereka begitu-begitu saja. Hambar, tak ada greget. Meski juga tak ada pertengkaran atau perseteruan. Namun hubungan tak lagi hangat. Bahkan merasa lelah setiap harinya. Secara perlahan tetapi pasti, mereka sedang mengalami episode love-cold.

Kepada mereka saya katakan, bahwa sejak awal sudah terlihat jelas. Tergambar dari bagaimana si suami dan istri duduk di depan saya di dalam ruang praktik. Mereka duduk seolah berjarak, tak ada usaha saling mendekatkan diri apalagi menyentuh dan saling menatap mata. Ketika menyadarinya, mereka tiba-tiba tertawa. Si suami terlihat merasa tak enak sementara si istri tertawa sambil mengeluarkan air mata. Ia mendadak menjadi sedih.

Sukar sekali meminta mereka untuk kembali menjalin kontak mata karena mereka tak terbiasa melakukannya. Sudah lama sekali mereka tak saling menatap mata dengan hangat serta berbicara hanya berdua saja. Sama seperti sudah lama sekali mereka tak merasakan energi cinta yang selalu menjadi energi ekstra di saat kelelahan melanda. Seperti sebuah minuman bersuplemen. Yang dengan segera memberi enegi baru saat kelelahan akibat tuntutan hidup sehari-hari begitu mendera.

Tiba-tiba saja mereka sadar. Mereka hidup dalam love-cold. Dan mereka telah kehilangan sesuatu. Kehilangan kehangatan. Seringkali kita bepikir seperti kedua pasang orang tua tadi. Merasa bahwa semuanya baik-baik saja namun ternyata memang berjalan baik-baik saja karena hanya terjadi begitu-begitu saja. Tak ada usaha untuk menambah kehangatan di sana apalagi menciptakan sparks dalam kisah cinta yang seharusnya bisa tetap begitu membahagiakan persis seperti pertama kali jatuh cinta dulu.

Hanya dalam satu konseling, kedua orang tua ini paham. Bahwa kelelahan yang mereka alami tak bisa dijadikan alasan untuk menghadapi anak dengan rentang toleransi emosi yang rendah. Karena saat orang tua emosional, artinya mereka ”belum siap” menjadi orang tua. Mereka perlu memberi waktu untuk diri mereka sendiri terlebih dahulu sebelum mendekati anak dan membangun hubungan dengan anak-anaknya. Kalau tidak, mereka hanya ingin cepat selesai dalam menangani anak. Mengikuti keinginan anak atau marah-marah pada anak. Karena secara emosional mereka saja belum lagi terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dan kondisi itu tak sehat secara emosional.

Sebetulnya tidak hanya kedua orang tua ini yang mengalami masalah secara emosional akibat episode love-cold yang mereka alami. Ada banyak pasangan lagi yang membawa masalah senada. Merasa hubungan mereka berjalan baik-baik saja, karena memang semua berjalan terus begitu-begitu saja untuk waktu yang lama. Akibatnya hubungan cinta mereka terasa hambar dan kehilangan greget. Cinta telah kehilangan kehangatannya. Mereka berada dalam episode love-cold tanpa mereka sadari.

Bertahan dalam cinta yang sudah dingin sungguh-sungguh berat dan tak membahagiakan. Tak banyak yang bersedia bertahan. Seandainya ada yang bersedia, pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri saja kisah cintanya. Karena hanya tinggal kisah, sejak cinta ditenggarai telah berlalu. Kehidupan cinta seperti ini berkebalikan dengan kehidupan cinta yang hangat. Bukannya memberi energi melainkan menguras banyak energi dari diri kita.

Saat kita mampu merasakan cinta, kita merasakan getar-getar kebahagiaan. Karena cinta merupakan salah satu kebutuhan emosi paling dasar. Pada saat kebutuhan emosi paling dasar ini dipenuhi tangki emosi yang kita miliki menjadi “penuh” dan komplit. Perasaan penuh dan komplit ini yang sanggup membuat kita merasa bahagia dan sejahtera secara emosional. Perasaan bahagia dan sejahtera ini menghasilkan energi positif yang kuat. Pancarannya menebar energi positif dalam bentuk yang sama kepada sekitar kita. Yakni pancaran cinta. Itulah salah satu rahasia kebahagiaan hidup.

Sebaliknya, saat kita gagal merasakan cinta, tangki-tangki emosi tadi menjadi kosong. Artinya kebutuhan emosi tak lagi terpenuhi. Saat kebutuhan emosi tak terpenuhi kita menjadi tak bahagia. Sehingga kita mudah menjadi marah dan bertegangan tinggi akibat adanya perasaan-perasaan frustrasi. Itu sebabnya orang-orang yang bermasalah dengan cinta bermasalah pula dengan dirinya secara emosional.

Emosi-emosi negatif ini membutuhkan banyak energi. Karena ambang toleransi kita atas apapun menjadi rendah sehinga kita mudah bereaksi yang tidak perlu atas apapun. Menguras banyak energi dan melelahkan. Dalam kondisi seperti ini sukar bagi kita untuk berempati, mengalah, apalagi mendengar karena kita justru sangat butuh dimengerti, didengar, dan diperhatikan. Bagaimana bisa memancarkan cinta pada orang-orang terdekat bila tak ada cinta yang hendak dipancarkan. Bersediakah kita menjalani hidup dalam episode love-cold bila kita memiliki pilihan kehidupan yang lain. Kehidupan dalam everlasting-love.


Baca potongan lengkapnya dalam buku psikologi populer "Love-Cold" yang akan segera terbit dan edar..


salam hangat,
penulis buku Love-Cold
-verauli-

Senin, 14 September 2009

Mengurai Amarah, Memberi Maaf

Bagi sebagian orang menyimpan dendam terasa lebih menyenangkan dari pada segera mengakhirinya dan memaafkan. Menyimpan dendam seolah “melepaskan” mereka dari tanggung jawab bahwa mereka turut berperan dalam menentukan apa yang mereka rasakan. Menyimpan dendam membuat mereka memiliki alasan untuk tetap membenci dan menahan amarah. Bagaimana dengan kita?


Terjebak dalam Lingkaran Dendam

Tahukah, dendam dan kemarahan dapat membuat kita terjebak dalam ketidakbahagiaan dan penghayatan diri yang negatif?
Perasaan marah, benci, dendam merupakan emosi-emosi negatif yang menghalangi kita untuk dapat menikmati hidup dan merasakan kebahagiaan. Menumpuk emosi negatif menempatkan kita ke dalam lingkaran dendam.
Saat marah, ada kebutuhan untuk menyalurkan kemarahan dengan cara tertentu. Selalu ada dorongan untuk membalas, dengan cara yang kira-kira seimbang atau lebih dari tindakan yang membuat marah, diiringi dorongan untuk membenci dan mendendam.
Setelah menyalurkan kemarahan, kita pikir kita merasa senang. Puas. karena kita merasa menang, merasa lebih. Padahal perasaan itu hanya sementara.
Kenyataannya, perasaan yang datang kemudian justru sebaliknya.
Merasa lebih buruk tentang diri sendiri dan merasa bersalah. Karena telah melakukan tindakan-tindakan yang sesungguhnya bertentangan dengan hati nurani.
Tak seorangpun ingin merasa salah dan disalahkan. Untuk membenahi perasaan negatif yang muncul, kita kemudian berusaha melakukan penyangkalan.

Bahwa setiap tindakan yang kita lakukan hanya untuk membalas. Hanya sebagai reaksi atas aksi tak menyenangkan yang telah lebih dulu dilakukan orang lain. Jadi si orang lain yang selayaknya bertaggung jawab atas semua rasa yang kita punya.
Orang lain yang seharusnya layak untuk dibenci dan diperlakukan buruk. Karena ia membuat kita terjebak dalam perasaan negatif berulang. Itu sebabnya benci dan dendam bila tak segera dibenahi dan dihilangkan akan mendorong kita untuk selalu kembali membalas, membenci, dan mendendam dalam waktu yang berkepanjangan.
Begitu terus sehingga kita tidak pernah berdamai dengan diri sendiri, orang lain, dan jauh dari perasaan bahagia.


Mengurai Amarah Terjebak dalam lingkaran amarah dan dendam, tak pernah mendatangkan kebahagiaan. Keadaan itu sudah terbukti tak hanya pada sejumlah klien-klien saya, di Rumah Sakit Pondok Indah, namun juga dari sejumlah penelitian dan tulisan yang membahas tentang kemarahan dan dendam.
Padahal untuk hdup dalam kebahagiaan atau tidak, adalah pilihan. Bila menginginkan kebahagiaan, segera benahi amarah dan dendam yang kita punya. Ingat, amarah dan dendam hanyalah sebuah emosi yang berada di dalam diri. Segala sesuatu yang ada di dalam diri, merupakan tanggung jawab kita pribadi. Kita yang memiliki rasa marah dan dendam. Artinya kita yang dapat memunculkan dan menghilangkannya kembali.
Tak sesukar yang dibayangkan. Apalagi, kejadiannya pun sudah lewat. Hanya perlu sedikit membuka horison dalam berpikir. Agar sedikit lebih luas. Sehingga kita mampu mengubah dan memperbaiki penghayatan kita atas apa yang telah terjadi.

1. menerima kemarahan orang kerap keliru memahami point ini. Menerima kemarahan bukan berarti membiarkan perlakuan semena-mena orang lain atas diri kita. Tapi bukan pula menyangkal kemarahan. Beberapa orang sering menyangkal kemarahan. Karena merasa tak ingin terpengaruh oleh sejumlah tindakan tak menyenangkan dari orang lain. Kenyataannya, ia terpengaruh. Ingat, kita punya hak untuk marah. Terutama pada saat kita memeroleh perlakuan tak menyenangkan. Merasa marah, adalah kondisi yang normal. Menjadi tak normal bila kemarahan ditampilkan secara berlebih. Apalagi sampai mendendam. Agar kemarahan tak berlebih dan berakhir dalam dendam, kita butuh membuat pengakuan pada diri bahwa “saya marah.”

2. memahami sumber kemarahan pahami, ”apa” yang membuat kita marah. Bukan ”siapa” yang membuat marah. Fokus pada ”siapa,” hanya membuat kita terdorong untuk melakukan pembalasan pada orang tadi. Sementara fokus pada ”apa,” membuat kita memahami kemarahan dan diri sendiri dengan lebih baik. Katakan “saya marah karena cinta saya dikhianati” ketika cinta kita diduakan dan kemudian ditinggal pergi. Atau mengatakan “saya enggak suka, karena saya merasa direndahkan” saat ada atasan yang dengan sengaja mencela dan menjatuhkan kita.

3. pahami dari “other’s-shoes” kemudian letakkan diri kita untuk melihat kejadian ini dari beberapa sudut pandang. Dari sudut pandang kita tadi sudah. Kita merasa marah karena apa yang terjadi. Misalnya, karena dikhianati, direndahkan. Kemudian lihat dari perspektif orang yang melakukan tindakan. Contoh, ketika diduakan. Pahami, apa yang membuat pasangan berselingkuh? Saat pasangan berselingkuh tentunya karena dia merasa ada masalah dalam hubungannya dengan kita. Apa masalahnya? Dimana kesalahannya? Tak perlu ditelusuri lebih jauh bila si dia sudah pergi dan berlalu. Apalagi sampai menyalahkan diri sendiri dan kemudian terpuruk dalam perasaan tak berdaya, marah, dan dendam. Yang pasti, ketika bermasalah semestinya pasangan membahasnya. Kenyataannya, dia tidak melakukan itu. Dia lebih memilih menjalin hubungan dengan orang lain dan kemudian berlalu begitu saja. Artinya, saya berhenti di sini untuk memahami dari perspektifnya. Karena apapun masalahnya, dari sudut pandang dia, hanya dia yang tahu. That's all.
Sama, ketika direndahkan, pastikan kita memahami apa yang membuat atasan begitu merendahkan kita. Namun tetap hanya sebatas, ”bahwa dia tengah bermasalah.” Apakah dia tengah merasa terancam dengan keberadaan kita, sedang tak bahagia, atau apapun itu, hanya dia sendiri yang tahu. Bila dia ingin membicarakannya akan lebih baik. Mudah membahasnya saat dua orang yang terlibat bersedia berkompromi. Tapi bila tidak, yang kita butuhkan hanya melihat kejadian ini dari sudut pandang yang lebih baik. Bahwa dia tengah mengalami sesuatu. Karena tak ada orang yang dalam keadaan baik-baik saja dan bahagia, bersedia menjatuhkan apalagi merendahkan orang lain dengan sengaja.

4. fokus pada penghayatan saat ini-sekarang setelah melalui tahap di point tiga, apakah kita masih ingin mengumbar kemarahan untuk seseorang yang tengah bermasalah? Orang yang tak tahu tentang tindakannya dan enggan memahami kejadian dari sudut pandang yang lebih baik?
Bila ya, artinya kita membiarkan diri kita untuk ikut bermasalah. Segera gunakan logika anda. Sungguh benar-benar merugi bila kita membiarkan diri kita bermasalah untuk sesuatu yang tak kita mengerti dari orang yang tengah bermasalah. Apalagi bila kejadiannya sudah berlalu. Segera hentikan pikiran tentangnya.
Alihkan pikiran dan perhatian pada orientasi saat ini-sekarang.
Menghayati kejadian yang sudah berlalu atau berandai-andai tentang kejadian yang belum terjadi membuat kita lalai untuk melakukan yang terbaik saat ini-sekarang.
Misal, ketika dia menduakan kita dan pergi berlalu begitu saja. Artinya saat ini, si dia sudah tak ada lagi. Kita masih di sini. Masih punya cinta. tapi orang yang dicinta sudah tak tepat lagi. Artinya cinta yang kita punya perlu dimodifikasi. Tak lagi ditujukan pada pasangan yang sudah pergi. Jadi, fokus saat ini adalah, membenahi emosi cinta dan sakit yang ada. Bisa dengan berbagai cara; curhat bersama sahabat, kembali menjalin pertemanan, dan membagi emosi penuh cinta pada orang-orang terdekat. Ingat, fokusnya adalah membenahi diri sendiri. khususnya saat kita sedang membutuhkan support untuk bisa bangkit kembali. Artinya yang dibicarakan adalah perasaan dan emosi yang kita punya. Bukan membicarakan tentang dia yang sudah pergi. Karena hanya akan mendatangkan kemarahan dan dendam yang baru.
Sama halnya ketika kita merasa direndahkan atau dilecehkan oleh atasan. Setelah sukses melakukan tahap di point tiga, pastikan kita memusatkan perhatian pada apa yang sedang kita alami atau hayati saat ini. Bahwa saat ini, kita adalah pegawai yang bekerja, kita harusnya memusatkan perhatian pada pekerjaan agar optimal. Sudahkah kita optimal? Belajar lebih banyak, memahami setiap tugas dengan baik, dan melakukan sesuatu yang lebih didalamnya. Bukan memberi perhatian pada atasan yang bermasalah dan senang menjatuhkan bawahan-bawahannya. Dengan demikian, kita akan merasa merasa lebih lega. Karena kita mampu menghayati setiap kejadian dari sudut pandang yang lebih baik dan kemudian fokus pada apa yang seharusnya menjadi perhatian kita.


5. hey lihat, ”i’m okay”
Rasakan. Kita tak lagi memiliki emosi negatif. Tak lagi merasa marah dan mendendam. Kita merasa lebih lega. Karena kita mampu menghayati setiap kejadian dari sudut pandang yang lebih baik dan kemudian fokus pada apa yang seharusnya menjadi perhatian kita. Bahkan, kita belajar lebih banyak. Belajar memahami diri sendiri, mengurai dan mengelola kemarahan, serta memahami dengan lebih baik bahwa ada tindakan yang seharusnya tak dilakukan agar kelak kita tak melakukan kesalahan yang sama.
Betapa indahnya penghayatan seperti ini. Proses memberi maaf. Yang berarti memberi sesuatu pada orang lain. Membukakan pintu untuknya. Karena kita sudah mendapat lebih, akibat kejadian itu.
Tanpa kita sadari, hati menjadi lapang, pemikiran menjadi luas dan lebih bijaksana. Lihatlah, kehidupan menjadi lebih baik.
Pernyataan to forgive but not to forget rasanya memang tak pernah tepat. Saat kita mampu memberi maaf, artinya kita sudah mampu melihat kejadian dari sudut pandang yang lebih baik. Pernyataan, to forgive and to live a happy life, is much better..