Minggu, 20 Maret 2011

Build a Career Life or Just Have a Job?


Suatu sore, saya berkumpul bersama sejumlah teman perempuan. Meski terdengar rumpi, ada banyak isu yang terlontar dalam percakapan. Salah satunya tentu saja berbau curhat ketika salah seorang teman memperdebatkan bahwa ketika perempuan bekerja tentu perempuan tersebut melakukannya karena terpaksa bukan karena dia menyukainya. Teman saya sukar mempercayai bahwa ada orang yang bekerja karena orang tersebut mencintai pekerjaannya. Most of them setuju. Mereka yang rata-rata kebetulan bekerja 9 to 5 dan bekerja rutin mengatakan “seandainya boleh memilih mereka akan lebih senang berada di rumah dari pada bekerja di kantor.” Semua sependapat, kecuali saya.

Semua tahu persis bahwa saya memilih berkarier. Keputusan tersebut atas dasar pilihan bukan karena terpaksa. Terjadilah perdebatan yang tak berujung. Karena perbedaan penghayatan.

Di rumah saya berusaha memahami sikap sejumlah teman perempuan tadi. Rasanya tak hanya teman perempuan saya yang mengalaminya. Sejumlah perempuan pun laki-laki di luar sana banyak yang mengalaminya. Saya berusaha menganalisis dimana letak perbedaan penghayatan apa yang membuat beberapa orang, seperti saya, merasa begitu memeroleh energi yang kuat saat bekerja sementara sebagian lain tidak. Bekerja membuat mereka lelah dan merupakan pilihan yang ingin dihindari seandainya keadaan keuangan mencukupi.

Betul, kenyataannya sebagian besar orang bekerja karena uang. Kenyataannya kehidupan memang semakin sulit. Ada joke yang pernah dilontarkan suami saya, “tahun 80-an suami bekerja sudah mampu membuat keluarga hidup sejahtera. Di era 90-an suami dan istri bekerja baru-lah keluarga dapat hidup sejahtera. Sementara di tahun 2000-an, meski suami dan istri sama-sama bekerja kehidupan keluarga tetap belum sejahtera.

Diakui, kondisi ini menerpa hampir semua keluarga. Sehingga bagi kebanyakan orang, bekerja menjadi sebuah kewajiban akibat sejumlah kebutuhan yang terpaksa harus ditutupi. Bekerja akhirnya benar-benar berfungsi sesuai dengan maksudnya, yakni menghasilkan nilai. Dalam konteks ini nilainya berupa uang. Apakah Anda sedang berada dalam kondisi di atas? Bekerja karena terpaksa? Bekerja hanya karena uang alias selalu BU (Butuh Uang)? Bila ya, kasihan sekali. Anda memang sedang “benar-benar bekerja.”

Tahukah Anda, bekerja rutin mengerjakan aktivitas yang cenderung sama berulang-ulang sebagai sebuah kewajiban dalam keadaan terpaksa dapat membuat Anda mengalami tekanan hingga mengalami burnout?

Disitulah akarnya. Mengapa pekerjaan kemudian dihayati sebagai sebuah beban yang seandainya boleh memilih ingin dibuang saja dari kehidupan.
Padahal, melakukan kegiatan bekerja memiliki dampak besar positif bagi pengembangan diri dan emosi. Dalam pendekatan positive psychology, kehidupan karier yang memuaskan merupakan salah satu kunci penghayatan perasaan well-being alias sejahtera. Membuat Anda merasa berharga, berarti, kompeten, dan memiliki kontrol atas diri pribadi.

Apa yang membuat kondisinya begitu berbeda? Ada orang yang begitu terbebani dengan pekerjaan sementara yang lain memeroleh energi dan “kehidupan” dari pekerjaannya dan melihat uang yang diperoleh dari pekerjaan hanya sebagai bonus?

Jawabannya, sebagian besar orang hanya memiliki pekerjaan. They just have a job. Sehingga sukar untuk melihat pekerjaan sebagai sebuah passion dan sumber energi kehidupan.

Sementara sebagian yang lain, bekerja justru menumbuhkan perasaan bahagia dan sejahtera. Pekerjaan dihayati sebagai kehidupan karier yang sedang dibina. Secara perlahan (step by step) mencapai goals yang dianggap sesuai dengan nilai kehidupan pribadi.

Karena pekerjaan adalah sebuah karier yang sedang dibangun, mereka yang menyintai pekerjaannya selalu tergerak melakukan sesuatu untuk membuat karir-nya berkembang. Mereka memiliki passion atas kehidupan karirnya. Mereka adalah the right person yang telah menemukan the right place untuk dirinya.

Apakah orang yang bekerja karena terpaksa adalah the right person? Of course, semua orang the right person. Hanya saja mereka belum berada pada the right place. Kalau Anda bernasib sama dengan orang-orang yang belum mampu menyintai kehidupan karir dan really into it, Anda tentunya belum memiliki rahasia dalam menghadapi tantangan karir. Saya menyebutnya ASA.

ASA tidak hanya dipahami sebagai harapan seperti yang seharusnya. ASA dalam konteks ini merupakan akronim dari Analysis, Self-Enrichment, dan Action.

Analysis, merupakan kunci pertama dalam pengembangan kehidupan karier dan pribadi. Dengan senantiasa memahami SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunity, Threat) Anda akan mampu memahami karakter diri Anda. Memahami kekuatan dan minat pribadi Anda memudahkan untuk memahami the right place yang tepat untuk Anda. Ingatlah, there’s always the right person. Orang menyintai pekerjaannya karena mereka berada di tempat yang tepat, the right place. Memahami area pekerjaan yang tepat untuk Anda salah satunya dapat Anda lakukan dengan memahami orientasi pribadi.

Apa orientasi pribadi Anda? Model Hexagonal dari John Holland rasanya bisa membantu. Ia membuat enam tipe orientasi pribadi yang dilandasi riwayat hidup dan faktor hereditas sehingga individu bersangkutan akan tertarik pada jenis atau area pekerjaan tertentu yang dirasa memenuhi kebutuhan pribadi dan mendatangkan kepuasan. Antara lain; Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprise, dan Konvensional.

Memahami kekuatan dan orientasi pribadi memudahkan Anda menciptakan peluang atau opportunity bagi kehidupan karir Anda. Bahkan membuat Anda mampu mengendalikan segala kelemahan dan ancaman agar tidak mengganggu proses Anda dalam menciptakan dan memeroleh peluang.

Self-Enrichment, merupakan kunci kedua dalam megembangkan kehidupan karier dan menjadikan Anda mencintai pekerjaan Anda. Mengingat trend dunia karir saat ini yang menguntungkan individu-individu yang mampu menjadi active-agent, individu yang mampu mengembangkan diri dan skills-nya, tidak heran, bila mereka yang mencintai pekerjaan selalu terdorong untuk mengembangkan diri. Belajar kembali, mengikuti training atau kursus yang dapat membuat mereka selalu berkembang menguasai tantangan karier yang ada. Tidak hanya berpusat pada hard skills melainkan juga mengembangkan soft skills.

Action, merupakan kunci terakhir. Ketika Anda melakukan tindakan tertentu, seperti melakukan self-enrichment, saat itulah Anda menyadari, betapa Anda telah berproses mendekati image ideal Anda tentang diri sendiri. Mendekati goals pribadi yang ingin Anda capai dan menikmati proses yang Anda jalani karena Anda menginginkannya. Melakukan apa yang menjadi passion dan tujuan hidup Anda.

Menghayati kehidupan sebatas kehidupan faktual, tak membuat Anda kemana-mana. Saat Anda berhenti dan hanya menjalani kehidupan yang itu-itu saja, kehidupan yang biasa, saat itulah Anda hanya “sedang bekerja.” Saat Anda terdorong melakukan apa yang seharusnya Anda lakukan, Anda sedang “membangun karier.” Ketika membangun, Anda dalam proses. Tak ada kata terlambat dalam membangun kehidupan karier, karena proses berkarier merupakan proses seumur hidup.

Apapun pilihan Anda, stay at home or build a career life, pastikan Anda menikmatinya. Saat ini saya menikmati pekerjaan saya. Because I build my career life. Have you?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar