Senin, 09 Desember 2013

Bullying: The Darkside of Friendships

Meski pertemanan punya manfaat penting, enggak dipungkiri pertemanan juga bisa enggak menyenangkan dan berdampak destruktif alias merusak. Pertemanan yang baik setidaknya memenuhi tiga kriteria ini; 1) saling percaya, 2) mampu beri dukungan emosional, dan 3) sharing of interest. Sayang, tak selalu mudah melakukannya. Dalam kenyataan, adakalanya pertemanan memasuki periode-periode kegelapan. Salah satunya ketika melibatkan bullying.

Memahami Bullying Bully suatu bentuk perilaku agresif yang melibatkan paksaan, tekanan, dan kekerasan pada orang lain. Meski ada pula bully yang dilakukan secara tidak langsung. Seperti menjauhi seseorang hingga seolah ia menjadi ‘public enemy.’ Tipe bully seperti ini masuk kategori social bullying.

Umumnya bully enggak hanya dilakukan satu kali, melainkan terus menerus. Terutama, saat kekuatan enggak seimbang antara pelaku dan orang yang di- bully. Memang benar, terkadang aksi bully merupakan manifestasi dari perasaan iri dan cemburu. Apalagi ketika orang yang bersangkutan merasa punya dominasi dan merasa senior seperti kakak kelas atau atasan.

Bully enggak cuma dalam bentuk kekerasan fisik. Bisa juga dalam bentuk kekerasan verbal dan emosional. Ciri utamanya: melibatkan intimidasi. Selama ada interaksi antar manusia, ada potensi untuk terjadi bully. It’s like everywhere. Beware!

Atasi Bullying Untuk menghadapi situasi yang melibatkan bullying, kamu enggak bisa sendiri. Miliki support system. Support system bisa siapa pun dari sekitarmu, yang layak dijadikan teman. Penting membangun pertemanan yang solid. Dengan sesama korban bully, dengan teman lain yang sejajar, lebih rendah, juga lebih tinggi dan senior. Punya teman bikin pe-bully enggak punya nyali padamu.

Bila bullying dalam bentuk rumor dan gosip yang tidak benar, mudah. Abaikan. Enggak perlu dibahas pada yang menyebar rumor dan gosip. Kalau kamu konsisten dengan tindakanmu, kelak dia akan malu sendiri. Terutama saat sadar, semua orang paham rumor dan gosip yang beredar tentangmu enggak ada yang benar.

Cerdas Hadapi Cyber-Bullying: Fitnah di Media Sosial

Cyber-bullying

Ada beberapa aksi bully yang dilakukan dengan menggunakan teknologi sebagai alatnya, seperti; melalui media sosial twitter atau facebook. Umum disebut cyber-bullying.

Cyber-bullying sedikit berbeda dari bullying secara fisik, sosial, maupun verbal. Cyber-bullying bisa terjadi dimanapun dan kapanpun. Bahkan terkadang sukar dilacak karena bisa anonim alias tanpa nama, dapat beredar dengan cepat juga meluas, serta sukar dihapus.

Social bullying, juga dapat terjadi di ranah media sosial, seperti; twitter, facebook, instagram, dll. Umumnya ketika aksi bully yang melibatkan social-talk, gosip, rumor, diperpanjang dengan menggunakan media sosial, masalah bakal lebih runyam. Umum disebut cyber bullying.

Bentuk cyber-bullying yang paling umum adalah berupa fitnah. Umumnya fitnah yang ditebar bersumber dari ketakutan dan kecemasan pelaku bullying yang ditampilkan secara pasif-agresif; menebar fitnah dan rumor tentang orang yang dianggap ‘mengancam’.

Hadapi dengan Cerdas

Mengatasi cyber-bullying seperti ini pun sebetulnya tak terlalu sukar. Terutama bila memiliki kemampuan mengendalikan diri untuk tidak menanggapi fitnah yang beredar. Apalagi memberi klarifikasi pada orang yang bersangkutan. Seandainya dirasa perlu klarifikasi, lakukan japri (jalur pribadi) atau lakukan dengan meluruskan sendiri melalui “pres-con” di akun media sosial-mu tanpa melibatkan dan mention siapapun.

Tujuannya tidak memperpanjang drama yang seharusnya enggak ada dan menutup kemungkinan lebih banyak orang tahu tentang fitnah yang tidak benar itu. Ketika ditanggapi, orang akan semakin tertarik untuk tetap membicarakannya. Apalagi bila tokoh-tokoh yang terlibat saling memberi respon dan komentar.

Maklum, ada banyak orang di luar sana yang senangnya menonton konflik dan membesar-besarkannya agar bisa jadi social-talk dan topik gosip. It bonds people together. Namun pastikan, bukan kamu sasarannya!

Tips: silence is golden dalam situasi seperti ini. Seiring waktu isu tersebut akan hilang sendiri bila kamu dan kakak kelasmu tidak saling menanggapi. Dan pastikan ada sejumlah pertemanan di dekatmu. Ingat, orang ‘takut’ dan ‘enggan’ mengganggu pihak yang diketahui punya banyak teman. Ciayo!

Jumat, 06 Desember 2013

Tips Memilih Jurusan

Bingung Memilih Jurusan

Tanya: Diumurku yang sudah dewasa ini, aku belum tahu jurusan apa yang akan aku ambil nanti saat kuliah dan nanti akan jadi apa?

Jawab: Duh, enggak cuma kamu loh yang kebingungan dengan pilihan jurusan dan karier. Mereka yang sudah berusia tiga puluhan bahkan empat puluhan saja saja masih kebingungan menentukan pilihan karier dan pekerjaan yang tepat.

Malah banyak yang masih ragu, apakah dulu mereka sudah mengambil kuliah dengan jurusan yang sesuai? Dalam pengertian sesuai arah minat dan bakat.

Sebetulnya enggak ada orang yang lebih paham kamu selain dirimu sendiri. Kamu bisa menemukan arah minat dan bakatmu. Termasuk cita-cita ke depan. Yuk kita telusuri!

Cara memahaminya:

1) Pahami profil riwayat sekolah dan kegiatan hobi yang pernah kamu geluti. Amati, pelajaran dan kegiatan yang jadi favorit-mu sekaligus yang kamu mampu tampil menonjol. Nah. Bisa jadi itulah bakatmu;)

2) Pahami karakter kepribadianmu untuk menemukan bidang jurusan dan pilihan karier yang sesuai. Apakah kamu lebih kuat hafalan, menulis, dan diskusi (verbal), senang dengan gambar dan skema (visual), atau justru senang hitungan angka (matematis)? Perhatikan kamu orang yang senang berhubungan dengan ide-ide (kreatif), benda, angka, atau orang? Senang bekerja dalam setting yang rutin dan teratur atau diberi kebebasan dan dinamis? Nah kamu bisa temukan kecenderungan kepribadian berikut arah minatmu.

3) Untuk memudahkanmu, bisa juga dengan mempelajari berbagai profesi yang digeluti oleh orang-orang di keluarga besarmu. Maklum bakat dan minat kalian bisa saja mirip bahkan sama.

4) Untuk menemukan jurusan yang tepat, kamu perlu memahami informasi tentang jurusan dan pekerjaan terkait. Pahami, bahwa setiap bidang karier membutuhkan kemampuan (bakat) dan karakter kepribadian (serta minat) tertentu. Informasi tentang pekerjaan dapat kamu temukan di di U.S. Department of Labor’s Dictionary of Occupational Titles atau bisa juga di Occupational Outlook Handbook. Keduanya bisa kamu search di google. Meski dari negeri seberang, setidaknya bisa nambah informasi dan wawasan tentang profil pekerjaan. Temukan yang sesuai dengan kemampuan dan arah minatmu.

5) Bila masih ragu, kamu bisa berkunjung ke psikolog terdekat di area tempat tinggalmu untuk pemeriksaan minat dan bakat. Psikolog bisa ditemui di rumah sakit, klinik, maupun biro konsultasi terdekat. Umumnya psikolog bisa membantu menemukenali minat dan bakatmu melalaui sejumlah metode pemeriksaan, seperti; wawancara & observasi semi terstruktur, hingga memberikan sejumlah tes kemampuan, minat, dan kepribadian.

Right Person in the Right Place

Tahukah, rahasia sukses masa depan? Build a career, don't just have a job. Build a career dimungkinkan bila ada right person in the right place. FYI, selalu ada right person, yaitu kamu. Tugasmu menemukan right place agar kelak mampu membangun karier hebat nan mapan! Prosesnya? Dimulai dari sekarang, di bangku sekolah;)

Selasa, 08 Oktober 2013

Memaafkan dan Hidup Lebih Baik

Memaafkan tidak berkaitan dengan: melupakan, menyangkal, apalagi menekan perasaan, dengan mengatakan masalah tidak terjadi atau tidak merasa sakit hati dan kemudian menolerir kejadian yang menyakitkan.

4 Tahap Memaafkan

Untuk bisa memaafkan perlu melewati empat tahap berikut ini; 1.Uncovering; individu perlu memahami betapa besar dampak mendendam, marah, dan benci bagi kehidupannya sendiri.

2.Decision: membuat putusan, akan tetap menyimpan emosi negatif atau justru berbenah dan memaafkan.

3.Work: individu berpusat pada “issue atau masalah” secara langsung. Sehingga secara otomatis mengenyampingkan “pelaku”. Kemudian mencoba mengubah perspektif tentang masalah yang terjadi. Berpikir dari berbagai perspektif dan dimensi membangun ‘reframing’ sejumlah skema dan peghayatan yang dimiliki tentang kejadian yang dianggap menyakitkan.

4.Deepening Ketika “reframing” berhasil, masalah akan mampu dilihat dari perspektif yang berbeda secara mendalam. Sehingga tiba-tiba saja emosi yang tadinya negatif berubah menjadi netral karena pemahaman tentang masalah berubah. Saat itulah seseorang akan ready to forgive.

Tanpa kemampuan memaafkan, kemarahan, dendam, dan perasaan sakit hanya akan menjadi bayang kelam yang menghabiskan setiap bagian dari kehidupan individu. Bahkan menciptakan siklus permusuhan dan balas dendam berulang.

Manfaat Positif Memaafkan a). Michael McCullough (2000) mengatakan “memaafkan memungkinkan seseorang untuk bergerak melampaui kebutuhan akan balas dendam sekaligus membenahi ikatan sosial yang rusak.” b). Memaafkan meningkatkan kesejahteraan emosional, kesehatan secara fisik, dan mendukung kehidupan interpersonal menjadi lebih baik. c). Fakta riset dari Lawler dkk. (2003): individu akan merasakan adanya penurunan tekanan darah dan ketegangan otot hanya dengan “membayangkan” memberi maaf pada seseorang.

Berikan maaf Anda sekarang. Bukan sekedar 'to forgive but not to forget.' Melainkan 'to forgive then live a better life.'

Waspadai, Kekerasan dalam Rumah Tangga

Faktor yang berpotensi memicu kekerasan dalam rumah tangga, antara lain: 1). Stress ekonomi/financial, 2). Pasangan dengan ketergantungan pada alkohol dan narkoba, 3). Pasangan dengan gangguan kepribadian (missal: antisocial, borderline personality, dll).

3 Siklus Pola Kekerasan dalam Rumah Tangga Umumnya pola kekerasan dalam rumah tangga berupa siklus 3 tahap: 1) terbentuk tekanan di antara pasangan 2) tahap eksplosif, dimana terjadi kekerasan 3) tahap 'honeymoon', ketika salah satunya minta maaf dan membangun janji-janji tak akan mengulagi, bahkan memberikan hadiah-hadiah dan berlaku manis sehingga pasangan memilih untuk bertahan dalam pernikahan.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berpotensi Berulang Ditinjau dari teori-teori orientasi psikodinamika, saat kekerasan terjadi pelaku kekerasan justru memeroleh penguatan saat pasangan terlihat ‘bersedia’ diperlakukan secara kasar dengan kekerasan. Bahkan pelaku justru memeroleh dominasi maksimum saat ia dapat melakukan kekerasan atas pasangan yang cenderung pasif dan tidak asertif. Bahkan ada yang dengan gangguan kepribadian justru memeroleh kepuasan secara emosional bahkan seksual setelah melakukan kekerasan pada pasangan yang pasif dan terlihat bersedia menerima perlakuan tersebut. Sehingga pola ini terus berulang dan bahkan semakin intens dan berat.

Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Umumnya kekerasan masuk kategori abusive, dengan melihat dampaknya terhadap individu baik secara fisik maupun psikis/psikologis. Dampak tersebut bisa sangat destruktif, misal: mengakibatkan luka fisik, atau tekanan emosional yang berdampak pada rendahnya self-esteem, rendah diri, ketakutan berkepanjangan hingga mimpi buruk, bahkan tekanan emosional dan depresi mendalam disertai gejala-gejala psikofaal, seperti; lelah berkepanjangan, sakit kepala, hingga insomnia atau bahkan justru mengancam jiwa/keselamatan. Dampak seperti ini sudah cukup jadi pertimbangan dasar untuk perceraian.

Mengapa Ada yang Memilih Bertahan Meski Tak Sehat Ada banyak alasan yang membuat pasangan bersedia bertahan dalam pernikahan yang sudah tak sehat alias destruktif. Beberapa diantaranya; a). Ketergantungan secara financial (ekonomi), b). Tekanan secara religi yang tidak membolehkan perceraian, c). Tekanan budaya, d). Tekanan keluarga besar, e). Perasaan malu dan bersalah kalau gagal dalam pernikahan, f). Takut sendirian dan menjanda, g). Faktor anak (misal: kekhawatiran anak tak punya figur ayah), h). Merasa sangat tak berdaya, i). Tak ada pilihan, j). Masih cinta pada pasangan meski dia abusive.

Kapan Memilih Untuk Memaafkan & Bertahan Ketika pasangan tak sekedar minta maaf atas aksi kekerasan yang dilakukan, lebih penting;

1). pasangan bersedia terlibat membenahi konflik/masalah dalam pernikahan. Misal, bersedia ikut konseling pernikahan maupun konseling atas masalah pribadi yang menjadi akar masalah dalam aksi-aksi kekerasan yang ditampilkan.

2). tidak mengulangi tindakan yang sama.

Sebaliknya ketika konseling dan usaha-usaha berbenah tak mampu membawa pernikahan ke arah yang lebih baik, bahkan berdampak destruktif, perceraian tak ayal dapat dijadikan pilihan.

Bayi Tidur Sendiri Atau Bersama Orang Tua?

Apapun pilihan Anda, cermati beberapa faktor dan kondisi antara lain; usia, kebutuhan, dan pola tidur bayi; kondisi dan kebutuhan sebagai orang tua; pengaruh budaya hingga ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Pengaruh Budaya? Dalam buku Child Psychology dari Ross Vasta dkk (2004) disebutkan di kalangan menengah Amerika kebanyakan orang tua memilih untuk tidur terpisah dari bayinya pada usia sekitar empat bulan. Bayi tidur di tempat tidur bahkan di kamar sendiri, dengan alasan agar bayi menjadi lebih independent dan mampu membangun pola tidur yang baik. Sementara di kalangan bawah dan pada sejumlah kelompok etnis tertentu, seperti Afrika Amerika, mereka lebih memilih untuk tidur di ranjang yang sama dengan bayinya dengan alasan ingin membangun kedekatan. Dan di banyak budaya kondisi ini kerap menjadi pilihan, termasuk di Indonesia. Di Indonesia sebagian besar pasangan muda masih tinggal bersama dengan orang tua atau keluarga besar. Akibatnya satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga yang sering kemudian berbagi kamar bahkan tempat tidur, termasuk bayi dan orang tuanya.

Pola Tidur Bayi Bayi yang baru dilahirkan hingga usia enam bulan, memiliki kebutuhan tidur hingga delapan belas jam sehari. Mereka bangun setiap dua hingga tiga-empat jam untuk minum susu. Pola tidurnya secara umum terbagi dua. Sekitar 50% tidur aktif (REM, yang sering disebut tidur dengan mimpi) dan 50% tidur tenang (non REM, dimana tubuh sangat relaks). Kondisi ini cukup menyulitkan bagi ibu bila mengasuh bayi dari kamar berbeda. Terutama mengingat faktor keamanan bayi. Sekitar usia enam hingga dua belas bulan, bayi semakin menunjukkan pola tidur yang lebih regular dan panjang. Rata-rata mereka tidur hingga enam belas jam per hari. Dengan waktu tidur-bangun yang lebih panjang. Seiring bertambahnya usia bayi, akan lebih memungkinkan bagi para bayi untuk tidur sendiri di ranjang mereka di kamar terpisah.

Peran dan Kebutuhan Orang tua Kebanyakan orangtua mengalami perubahan yang drastis dalam hidupnya begitu memiliki anak. Sejumlah orang tua mengatakan “welcome to sleepless night” seiring dengan kelahiran para bayi. Kenyataannya, bayi membutuhkan perhatian ekstra dari ibu maupun ayah. Tidak hanya perlu menyesuaikan diri dengan kondisi tubuh dan perubahan hormonal pasca melahirkan yang harus dihadapi ibu, melainkan juga pengasuhan bayi yang kerap total. Tentu saja kondisi tersebut melelahkan mengingat pola tidur bayi baru lahir yang begitu singkat. Sayang, tak banyak orang tua yang paham bahwa mereka membutuhkan waktu tidur yang memadai agar tidak kelelahan dan kemudian menjadi stress hingga depresi dan mengalami konflik dengan diri maupun pasangan. Dengan pertimbangan ini, tidur terpisah dari bayi, dimana pengasuhan kemudian secara bergantian dapat didelegasi pada suami, orang tua (kakek-nenek si bayi), hingga menggunakan jasa pengasuh bayi.

Dimana Bayi Tidur? 1. Seranjang dengan Orang Tua Bayi yang tidur seranjang dengan orang tua, secara umum memudahkan ibu menyusui kapanpun dan membuat bayi menjadi lebih tenang tidurnya. Hanya saja orang tua tak memiliki waktu tidur yang memadai. Bahkan bayi berisiko tertekan oleh tubuh orang tuanya bahkan ketika bayi sudah bertambah umur, bayi berisiko jatuh dari tempat tidur karena tidak ada pelindung bayi di tempat tidur orang tua.

2. Sekamar dengan orang tua di ranjang terpisah Dengan tempat tidur yang berdekatan, orang tua dapat dengan mudah tetap memantau bayi dan menyusui tanpa harus selalu terganggu dengan gerakan atau suara bayi. Keamanan bayi pun terjaga. Bahkan bayi tetap dapat tidur tenang dengan pola tidur yang baik. Yang perlu jadi catatan, pastikan ranjang bayi terbuat dari bahan yang aman, bentuknya pun aman bagi bayi, dan kasur tidak terlalu lunak agar bayi tak terhalang belajar berbalik dan tengkurap kelak. Bahkan selimut pun dipastikan tidak terlalu tebal dan dipasang sebatas dada bayi, untuk menghindari bayi tertutup selimutnya sendiri. Sama seperti model pertama, model ini tetap menyulitkan orang tua memiliki waktu tidur yang memadai.

3. Tidur di Ranjang dan Kamar Terpisah Model ini meski memudahkan orang tua memiliki waktu istirahat yang cukup, perlu diperhatikan kondisi kamar bayi. Kamar bayi sebisa mungkin berdekatan dengan kamar orang tua, atau memiliki pintu penghubung. Bila tidak memungkinkan perlu ada monitor bayi sehingga orang tua tetap bisa memantau bayinya dari kamar mereka. Sebetulnya kondisi orang tua di Indonesia cukup diuntungkan. Dengan kekerabatan yang kuat, pengasuhan dapat dilakukan secara bergantian dengan delegasi pada nenek atau pengasuh bayi. Bayi tetap dapat tidur dengan tenang di tempat tidurnya di kamar sendiri, sementara faktor keamanan dan kenyamanan tetap terjaga karena ada sejumlah figur yang membantu.

Pada akhirnya dengan sejumlah pertimbangan di atas, apapun pilihan orang tua, para bayi akan dapat tidur dengan pola yang reguler dan panjang seiring dengan bertambahnya usia mereka. Bahkan mereka sejak dini sudah mampu membangun kenyamanan dalam ‘sarang’-nya. Namun pastikan, tak hanya bayi yang diharapkan dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman, begitupun orang tua.

Minggu, 24 Maret 2013

Kelola Akun Media Sosial, Membangun Brand-Diri Anda

Mengenal Brand

Brand tidak hanya sebuah nama dari produk. Dalam konsep yang lebih luas, brand adalah sebuah simbol, trade mark, dari apapun yang diwakilinya. Dalam karier dan pekerjaan, Anda mewakili semua keahlian dan jasa yang hendak Anda tawarkan kepada pengguna. Dalam konteks ini pengguna adalah perusahaan atau klien yang akan mempekerjakan atau membutuhkan jasa Anda.

Dalam pengembangan karier, tidak hanya profesional, seperti selebritis, motivator, pakar, yang sering bertatap muka dengan orang lain saja yang butuh membangun personal-brand atau Brand-Diri. Semua profesi butuh membangun Brand-Diri yang benar-benar mewakili dirinya sebagai sebuah ‘produk’ bagi perusahaan pemakai.

Saat pertama kali hendak melamar di sebuah perusahaan, Anda mengirimkan CV yang ‘menjajakan’ kepada perusahaan sebuah promise tentang “feature-feature” yang Anda miliki yang dapat ditemukan perusahaan dari diri Anda. Feature ini dapat berupa: keahlian dan kemampuan, knowledge, maupun karakter khas tertentu, Sayangnya, ada banyak ‘brand’ atau calon pekerja lain yang juga ‘menjajakan promise’ yang sama. Itu sebabnya sebagai sebuah brand, sejak awal hendak memulai karier, Anda dituntut untuk memiliki ‘trade mark’ tertentu yang sangat khas dari Anda, agar kelak siap menjadi “brand” yang paling lawas dan diakui di bidang-nya, apapun jenis profesi Anda. Tak ada kata terlambat, sejak detik ini persiapkanlah Brand-Diri Anda.



Jadikan Media Sosial Etalase Brand-Diri

Jaringan media sosial merupakan salah satu tempat dimana orang bisa ‘melihat’ dan mengenal Anda melebihi yang Anda kehendaki dan bayangkan. Anda tak akan pernah tahu, kemana saja dan kepada siapa saja, media sosial akan membawa Anda. Bisa saja pada orang yang kelak akan menjadi teman atau sahabat Anda, pasangan seumur hidup, atasan, HRD, hingga stalker sekalipun.

Dalam konteks personal-branding, media sosial justru adalah ‘etalase’ bagi Brand-Diri Anda untuk ditampilkan. Saat ini, media sosial sudah menjadi sebuah ajang promosi dan publisitas, mau Anda kehendaki atau tidak.

Bagi yang tidak menghendaki, silahkan menggunakan security-setting sesuai keinginan. Dengan mengatur agar jejaring sosial Anda hanya dapat dilihat oleh yang Anda kehendaki. Namun jangan salah, ketika Anda sudah memilih pun, Anda tetap sedang membuka ‘etalase’ bagi Brand-Diri Anda. Jangan lupa, teman manapun yang Anda miliki dan pilih untuk ada dalam jaring media sosial Anda, adalah bagian dari “konsumen” Anda. Dari mulut mereka, dapat keluar opini, pendapat, persepsi tentang Anda yang kelak dapat disampaikan kepada siapapun. Khususnya terkait: keahlian, kemampuan, pengetahuan, maupun karakter khas tertentu.



Personal-Branding Management Penting. Pada dasarnya setiap orang mengelola apa yang hendak ia tampilkan dan tidak tampilkan tentang dirinya terkait identitas yang sedang digunakan. Aturan paling awal dalam personal-branding adalah: sending only a meaningful message. Kirim pesan yang memperkuat kesan tentang feature-feature yang ingin Anda tawarkan sebagai profesional atau pribadi yang sedang Anda tawarkan melalui Brand-Diri Anda. Ingat, message yang Anda kirimkan dapat memperlihatkan pada orang lain, tentang siapa Anda; apakah Anda cerdas atau rata-rata, mampu mengendalikan diri atau mudah meledak-ledak, menyenangkan atau menyebalkan, senang bergosip dan beropini atau berlandaskan fakta dan data, Dengan kata lain, message yang Anda cetuskan, akan memberi input pada yang lain tentang ide, gagasan, perasaan,nilai dan beliefs Anda kepada orang lain termasuk pengetahuan dan keahlian Anda. Meski sedang ditujukan untuk sekedar bersosialisasi, pastikan Anda ‘menyajikan’ Brand-Diri yang tepat. Seorang Antropolog bernama Walter Goldschmidt mengatakan bahwa dorongan untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi bahkan juga merupakan “the human career.”



Jaim, No Way!

Focus, focus, focus… For what do you stand for! Itu jawaban yang tepat tentang alasan keberadaan Anda di social media. Sebelum membuka sebuah akun, rumuskan, hendak menjajakan identitas diri yang mana Anda di jarring tersebut. Ingat,setiap orang memiliki sejumlah identitas diri. Sebagai seorang profesional, pekerja yang rajin, ibu yang baik, istri idaman, anak yang berbakti, teman yang hangat, sahabat baik, atau sebagai individu yang sekedar ingin ‘exist’ sebagai bagian dari proses aktualisasi diri atau hanya sekedar punya ruang curhat sekaligus ‘diperhatikan’ oleh yang lain. Karena bila alasan Anda adalah sekedar curhat, Anda tentu tak akan melakukannya di jaring sosial yang jelas “banyak penghuninya”. Justru Anda akan lebih memilih secarik kertas di halaman buku harian Anda.

Tetap perlu diingat, Anda adalah human-being. Pastikan apapun identitas diri yang ingin Anda tampilkan dalam jaring social Anda, pastikan tidak pernah lepas dari sisi-sisi yang humanis. Melibatkan emosi yang jujur namun tetap menaati social convention.. Apa yang patut dan tidak patut untuk dikeluarkan sebagai bagian dari tagline “Brand-Diri” Anda, selayaknya Anda paham.

Ketika Istri Menjadi Penafkah Utama Rumah Tangga

Siapa penafkah dalam rumah tangga Anda? Suami atau Istri? Penafkah dimaksudkan sebagai figur yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan finansial dalam rumah tangga (RT). Pada dasarnya setiap RT memiliki pengaturan dan kesepakatan tersendiri.

Tradisional vs Egaliter Secara umum, dalam keluarga dengan pola tradisional, suami adalah penafkah utama. Suami satu-satunya tokoh yang bekerja menghasilkan uang untuk membiayai keuangan keluarga. Pola tradisional bukan satu-satunya, ada pola yang lebih maju yakni penganut egalitarian dimana suami dan istri berbagi peran bersama.

Ditinjau dari trend sosial, persentase perempuan menikah yang bekerja mengalami peningkatan secara signifikan. Kehadiran ibu bekerja besar artinya bagi kelangsungan hidup keluarga masa kini agar lebih sejahtera finansial. Ada joke yang sering dikumandangkan tentang semakin tingginya tantangan hidup masa kini. “Di era 80an, ayah bekerja sudah cukup menjadikan keluarga sejahtera. Era 90-an, ayah bekerja belum cukup membuat keluarga sejahtera. Butuh ayah dan ibu bekerja agar keluarga sejahtera. Era 2000, meski ayah dan ibu bekerja, keluarga belum tentu sejahtera. Artinya, kini ibu bekerja bukan lagi kondisi pilihan bagi para istri melainkan keadaan yang wajib dijalani untuk membantu suami menafkahi keluarga.

Sayang, kehidupan RT adalah kehidupan yang dinamis. Begitupun kehidupan karier. Tak sedikit perempuan yang kehidupn kariernya menjulang cepat diikuti dengan melesatnya pendapatan. Sehingga, disadari atau tidak, pertambahan pendapatan tersebut kemudian dijadikan sebagai sumber pendapatan utama keluarga yang sebetulnya menjadi tanggung jawab suami sebagai penafkah utama. Sehingga ada pergeseran peran.

Istri Penafkah Utama, Jadi Masalah? Tak ada yang salah ketika pendapatan istri lebih ginggi dari pasangan. Begitupun ketika istri mulai secara perlahan berubah peran dari kontributor atau Supporter menjadi penafkah utama. Sumber masalah justru muncul bukan dari pendapatan yang lebih besar dan peran yang tinggi. Melainkan saat muncul ketidakadilan pembagian peran dalam rumah tangga

1. Istri secara perlahan mengambil lalih peran suami sebagai penafkah utama

2. suami vs istri mulai berkompetisi

3. suami menikmati peran yang terbatas



Tips Untuk Keluarga dengan Istri Sebagai Penafkah Utama

1. Sesuaikan gaya hidup keluarga dengan pendapatan suami. Pastikan posisi suami sebagai penafkah utama yang membiayai kebutuhan pokok dan rutin di ruman tidak berkurang. Pendapatan istri yang semakin besar justru dapat menjadi support bagi keluarga untuk mengembangkan investasi secara optimal

2. Bila istri terpaksa menjadi penafkah utama dalam rumah tangga, pastikan suami menjadi pendukung penuh secara emosional. Artinya, suami rela berbagi peran mengurus RT bersama istri dan merelakan diri untuk tidak menuntut istri berperan melayani suami secara penuh di rumah. Dukungan bagi istri sangat dibutuhkan khususnya bila istri memiliki kedudukan karier yang baik dengan tanggung jawab tugas yang besar.

jadi, pastikan istri sebagai penafkah utama dalam rumah tangga tidak lagi menjadi masalah dengan menerapkan pengaturan dan pembagian peran yang sehat.

Jumat, 22 Februari 2013

Anak Perlu Masuk Preschool? Ini Tipsnya!

Bukan rahasia, biaya pendidikan anak semakin tinggi! Sejumlah orang tua yang datang ke ruang praktek saya mencetuskan, kini salah satu investasi terbesar mereka adalah pendidikan anak. Sayang, report dari Carnegie Corporation tahun 1996 silam di Amerika, menemukan empat dari lima program pendidikan preschool, tidak sesuai standard! Bahkan hingga kini masih dipertanyakan, apakah pendidikan pra sekolah penting bagi anak?

Pendidikan Sejak Preschool, Pentingkah Bagi Anak? David Elkind, psikolog perkembangan, menyebutkan bahwa orang tua mampu menyediakan pendidikan anak usia pra sekolah di rumah. Asalkan orang tua cukup kompeten dan punya dedikasi, dalam pengertian cukup waktu dan energi untuk menstimulasi anak secara khusus. Apalagi bila lingkungan rumah memungkinkan anak bermain dengan teman sebaya dan bertemu orang dewasa selain orang tua. Bila kondisi ini tidak dapat dipenuhi, preschool menjadi penting.

Pertimbangan Dalam Memilih Sekolah Berikut ada beberapa pertimbangan dalam memilih sekolah bagi anak.

1. Lokasi

Anak dapat belajar secara optimal saat mereka sedang tidak berada dalam kondisi kelelahan. Kelelahan membuat anak sukar berkonsentrasi dan memiliki kondisi emosi yang cenderung negatif. Itu sebabnya, pertimbangan lokasi sekolah yang tidak jauh dari rumah perlu dijadikan kriteria utama.

2. Biaya

Biaya sekolah yang tinggi belum tentu menggambarkan materi dan program yang berkualitas baik. Namun biaya sekolah yang terlalu tinggi hingga memberatkan keuangan keluarga bukanlah pilihan bijak, mengingat anak kelak akan terus mengenyam pendidikan hingga tingkat tinggi. Meskipun pada klien dalam konseling saya selalu mengingatkan orangtua agar mendorong anak mendapatkan scholarships alias beasiswa namun sebagai orangtua yang ‘ready,’ Anda tetap akan dituntut mampu menyediakan pendidikan bagi setiap anak Anda. Jadi pastikan biaya pendidikan yang Anda keluarkan untuk masuk preschool, tak menghalangi Anda untuk tetap dapat berinvestasi bagi pendidikan berikutnya.

3. Kualitas Sekolah

Perbandingan guru dan anak, lingkungan fisik sekolah, karakteristik guru (pendidikan formal guru di skeolah tersebut, pelatihan-pelatihan khusus yang pernah mereka ikuti, dan perilaku guru di sekolah. Untuk melihat kondisi-kondisi ini, ada baiknya Anda melakukan trial dan melihat-lihat aktivitas di ruang kelas. Berikut panduan untuk Anda.



• Guru

Guru adalah orang dewasa yang terlihat menikmati dan memahami perkembangan anak. Pastikan jumlah guru memadai untuk anak. Berikut perbandingannya berdasarkan tahap usia perkembangan.



Usia Anak Maka Perbandingan Guru : Anak

0 sampai 1 tahun maka 1 : 3

1 sampai 2 tahun maka 1 : 5

2 sampai 3 tahun maka 1 : 6

3 sampai 4 tahun maka 1 : 8

4 sampai 5 tahun maka 1 : 10



Pastikan guru melakukan observasi dan mencatat kemajuan dan perkembangan anak

• Hubungan antara guru dan staf sekolah dengan orang tua dan komunitasnya. Guru dan staf sekolah adalah orang yang tidak pelit berbagi informasi tentang kegiatan dan perkembangan anak pada orangtua.

• Program yang diberikan dan kelengkapan equipment. Pastikan lingkungan sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama mendorong anak yang berusia kecil bekerja sama dan bermain dengan temannya. Pastikan program sekolah dilengkapi dengan peralatan dan material belajar yang memadai. Pastikan anak didorong untuk berkembang kemampuan berbahasanya dan belajar memahami dunia luar lebih luas. Akan lebih baik bila materi diberikan dalam bentuk proyek-proyek dimana anak melakukan secara langsung dan berkreasi, bukan hanya diarahkan.

• Fasilitas sekolah. Pastikan fasilitas yang ada memadai atau mengakomodir kegiatan sekolah. Jarak antar meja dalam kelas, ukuran meja dan kursi yang sesuai usia anak, lingkungan yang ‘children frindly’, bebas racun dan polusi, dan sangat menjunjung aspek kesehatan anak.

• Sekolah internasional, national plus, atau swasta biasa, umumnya berbeda dari loading penggunaan bahasa asing dalam penyampaian materi dan sumber/dasar kurikulum yang digunakan. Pastikan pilihan Anda tentang sekolah bukan berdasarkan mana yang lebih keren atau mahal, melainkan mana yang lebih sesuai dengan budaya di rumah Anda. Jangan paksakan si kecil menggunakan bahasa asing secara total bila Anda dan seluruh isi rumah serta lingkungannya menggunakan bahasa Indonesia 100%. Bila perlu ajarkan ia bahasa ibu sekaligus bahasa asing lain. Tenang, anak mampu menyerap lebih dari satu bahasa dengan baik!



4. Pastikan sekolah yang Anda pilih, mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan nilai di keluarga Anda atau nilai kehidupan yang Anda anggap penting. Misal, pendidikan agama tertentu, atau sikap dan etiket tertentu.

5. Memastikan program di sebuah sekolah baik atau tidak, dapat terlihat langsung pada perilaku anak-anak secara umum. Pastikan saat melakukan trial Anda memerhatikan bagaimana interaksi anak-anak dengan sesama mereka, interaksi mereka dengan guru dan orang dewasa disekitarnya.

Namun sekolah terbaik tetap tak akan mampu menggantikan peran orang tua dalam mentransfer nilai-nilai luhur dan mendukung kebutuhan anak belajar dan berprestasi. Pastikan sebagai orang tua Anda menunjukkan kepada anak bahwa Anda memiliki minat yang besar pada sekolahnya, kegiatan sekolah, dan pendidikan. Tingkatkan frekuensi berbicara dengan hangat bersama anak tentang kegiatan-kegiatannya dan aspirasi Anda. Semoga Anda menemukan sekolah yang tepat dan anak tumbuh-berkembang secara optimal!

Kamis, 07 Februari 2013

Sentuhan Tak Selalu Bermakna Seksual

Sukar mengesampingkan peranan sentuhan dalam aktivitas seksual. Dalam Hatfield tahun 1994 dinyatakan sentuhan merupakan dimensi penting dalam perkembangan manusia, kesehatan, dan seksualitas. Sentuhan merupakan indera dasar dari seluruh indera yang ada menurut Ashley Montagu. Mengingat reseptor pada kulit mampu berespon atas berbagai bentuk stimulasi. Meski berbeda makna kedalamannya dalam setiap budaya, namun tak ada indikasi perbedaan sentuhan pada laki-laki dan perempuan menurut berbagai penelitian dalam Bryan Strong dkk. (2005) di buku mereka Human Sexuality.


William Masters dan Virginia Johnson mengusulkan perlu ada sentuhan yang tak selalu bermakna sebagai awal aktivitas seksual. Disebut pleasuring, sentuhan-sentuhan yang justru bukan di organ intim. Ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan Anda bersama pasangan. Bahkan Anda belajar saling mengeksplorasi bagian-bagian dari tubuh Anda dan pasangan yang peka terhadap sentuhan. Saling mengarahkan, memberi respon tentang apa yang Anda rasakan memudahkan Anda mengenali tubuh satu dengan lainnya.


Pleasuring penting. Mengingat makna sentuhan tak selalu sama bagi Anda dan pasangan. Bisa bermakna aman, menunjukkan kedekatan, atau justru permulaan aktivitas seksual. Bila sentuhan merupakan masalah dalam hubungan Anda dan pasangan, cobalah untuk sekedar memberi pleasure satu sama lain.


Tak perlu kecewa ketika sentuhan menghasilkan kenyamanan yang berbeda antara Anda dan pasangan. Nikmati saja ‘pesan’ yang tersampaikan lewat sentuhan.