Selasa, 22 Maret 2011

Mengajarkan Anak Mengenal Uang & Berhemat


Hello parents.. Just check it out, before you read the article..
Parents small test
Pertanyaan

1. Apa yang dilakukan anak Anda terhadap uang hadiah (uang salam tempel/angpau) atau uang sakunya (harian/bulanan)?
a. Belum mengenal uang b.Digunakan jajan c.Ditabung d.Digunakan jajan & ditabung
2. Mampukah anak Anda berbelanja di warung/swalayan/minimarket?
a. Tidak/belum pernah b.Ya
3. Mampukah ia menentukan uang kembalinya?
a. Tidak b.Ya
4. Apakah anak Anda memiliki tabungan sendiri?
a. Tidak b.Ya
5. Apakah anak Anda memiliki penghasilan pribadi?
a. Tidak b.Ya

Skoring
 a = 0 b = 1 c = 2 d = 3
 Jumlahkan
 Skor tertinggi = 7
 Skor terendah = 0

Arti skor
 0 = belum mengenal uang
 1 – 3 = hanya mengenal uang
 4 – 7 = mampu mengelola uang

Miskonsepsi tentang Uang
Ada sejumlah hambatan yang menghalangi anak memahami konsep uang dengan tepat. Antara lain;
 Uang bukan untuk ANAK-ANAK
Sejumlah orang tua dengan sengaja tidak memberikan uang pada anaknya karena khawatir anak tidak mampu menyimpan dan mengelola uang yang diberikan kepadanya. Beberapa di antara orang tua tidak memebrikan uang pada anak dalam usaha mencegah anak memebelanjakan uangnya guna membeli penganan atau snack yang tidak sehat. Padahal tindakan ini justru memebuat anak menjadi tidak paham uang dan terdorong untuk sukar mengendalikan dirinya sendiri.
 Uang “mudah” diperoleh (seperti mengambil uang di ATM)
Sejumlah orang tua ‘seolah” ingin menunjukkan pada anaknya, betapa uang mudah diperoleh. Tekadang tindakan ini tidak disengaja. Ketika orang tua mengambil uang di mesin ATM, pastikan anak-anak paham bahwa uang tidak diambil begiu saja di mesin ATM. Uang dari mesin ATM adalah uang yang kita simpan dengan memasukkan uang lebih dulu ke bank.
 Uang semata untuk “jajan”
Penggunaan istilah uang jajan adalah tidak tepat. Seolah uang diberikan kepada anak dengan tujuan untuk dibelanjakan membeli jajanan. Padahal uang yang diberikan kepada anak sebaiknya tidak melulu untuk belanja. Sebagian disimpan untuk dijadikan tabungan tentu lebih baik dampaknya bagi anak. Sehingga penggunaan “uang saku”lebih tepat.

Sangat penting bagi anak untuk memahami konsep uang sejak dini. Yakni ketika anak sudah mulai tertarik mempelajari berbagai konsep, seperti hewan, tumbuhan, warna, bentuk, ajarkan pula padanya konsep tentang uang. Tahukah Anda, bahwa pemahaman akan konsep uang merupakan salah satu keterampilan adaptif. Keterampilan adaptif adalah kemampuan anak untuk dapat berfungsi dengan baik dalam menghadapi tantangan dari lingkungan.

Tahap mengajarkan Anak Kelola Uang
1. Mengenalkan
Beri anak uang, ajarkan perbedaan nilai.
Nilai uang dapat dijadikan “alat tukar” universal
2. Menghasilkan
Jadikan uang sebagai reward atas usaha-usahanya, a.l
1. Memeroleh nilai tinggi di sekolah atau prestasi atas aktivitas yang diikutinya
2. Disiplin: mengerjakan PR/belajar/melakukan aktivitas reguler (ibadah, merapikan kamar, dll)
Kenalkan entrepreneurship
3. Menggunakan
Memberi uang saku
Membeli kebutuhan
4. Menyimpan
Set goals, berupa rencana anak ke depan untuk memiliki sesuatu sehingga menjadi alasan baginya untuk menyimpan uang.
Beri celengan
Ajak ke bank, ketika jumlah tabungan di celengan sudah memadai.

2 komentar:

  1. just go and open my blog sometimes. i just want everybody come to http://satyawiyatama.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Hai mba Vera :)
    I always love your books or article ^^

    Ketika membaca artikel ini, rasanya saya ingin menambahkan pesan tambahan untuk orang tua yang membacanya. Bahwa ada satu tugas tambahan yang harus dilakukan oleh orang tua sebelum mengenalkan konsep "bijaksana menggunakan uang" pada anak mereka.
    Tugas tambahan tersebut adalah menjadi contoh yang baik bagi anak dalam mengelola uang dengan bijaksana.

    Karena tidak jarang orang tua sering sekali mengajarkan banyak konsep pada anak mereka, tanpa mencontohkan aplikasi dari konsep-konsep tersebut dalam keseharian mereka. Sehingga, anak akan cenderung berpikir bahwa konsep tersebut adalah TEORI yang sulit atau tidak perlu di-PRAKTIK-kan. :)

    Keep writing, mba Ve :)
    You are one of my inspiration in writing and practicing as a child psychologist :)

    Best regards,

    Maria, M.Psi.
    http://psikologibudananak.blogspot.com
    http://pienandherwords.blogspot.com

    BalasHapus